Buat Apa Aku Hidup? bagian pertama



Oke well,



Sebelumnya, aku cukup bersyukur akhirnya bisa menyempatkan diri lagi untuk melanjutkan blog ini. Setelah sekitar ±2 tahun 'mati suri' karena setelah lulus dari SMA di tahun 2016, aku jadi sok sibuk dengan dunia yang baru, dunia perkuliahan yang ternyata benar-benar berbeda.


Di usiaku yang ke 21 tahun ini, aku melihat cukup banyak kerumitan yang tidak aku dapat di dunia SMA. Jujur, ketika tersadar bahwa 3 tahun jatah waktuku  di SMA sudah habis, ini cukup terasa menyedihkan. Melihat masih banyak, rasanya, yang ingin aku lakukan disni. Masih banyak peluang, masih banyak potensi, masih banyak to-do lists yang belum sempat dikerjakan. Masih ingin ikut berbagai kompetisi, masih ingin mengembangkan organisasi, masih ingin main bareng dengan teman-teman. 

Tapi, yah..., memang sudah saatnya pergi, kan?

Oke, ditengah-tengah gabutnya liburan setelah pengumuman masuk perguruan tinggi, aku melakukan banyak hal bodoh dan tidak berguna, as usual. tapi gak semua, kok. aku juga mulai membaca banyak konten, baik artikel, ataupun komik, yang relatable dengan kehidupan kampus. 

Setelah cukup banyak makan konten tentang campus life, aku mengambil kesimpulan bahwa setelah SMA ini, di kehidupan kuliah, aku bisa menjadi diriku sendiri. Benar-benar menjadi diriku sendiri. FYI, pada dasarnya aku bukanlah anak yang benar-benar aktif, periang, dan mudah bergaul. Meskipun di masa SMA, orang lain mungkin akan melihatku adalah orang yang sangat ramai, sibuk di organisasi, sering jadi panitia acara, dan memang aku sempat memegang jabatan vital di organisasi sekolah dan ekstrakurikuler. Tapi dibalik itu semua, aku adalah seorang yang pendiam dikelas. sebut aku introvert. Dan dari beberapa kali tes kepribadian, memang menunjukkan bahwa aku introvert. Jadi kurasa, dunia kampus ini adalah awal yang tepat untuk menjadi introvert sejati, haha. 

Yang ternyata itu adalah sebuah kesalahan. 

Bukankah seharusnya, ketika aku benar-benar introvert, aku akan nyaman dengan pilihanku sebagai mahasiswa 'kupu-kupu' (red: kuliah-pulang). Tapi aku merasa seperti ada yang hilang, rasanya kok ada yang salah ya? Dan aku sadar bahwa di masa SMA aku juga mengalami beberapa perbedaan.

Ketika aku menjadi seorang yang aktif dan cukup mudah bergaul. Ini kualami di tahun pertama dan kedua. Ketika itu aku aktif mengikuti berbagai lomba, menjadi ketua angkatan, bergabung dengan staff hingga badan pengurus harian (BPH) di organisasi dan ekskul. Yang kusadari disini adalah, saat itu aku punya tujuan. Aku punya alasan kenapa aku menjalaninya. Ada ambisi yang terus mengingatkanku akan target. 


Dan yang terpenting, aku menyukainya. Itulah kenapa portofolioku bertambah seiring waktu. Itu yang membuatku jadi produktif.

Di tahun ketiga SMA, aku lebih banyak melakukan aktivitas sendiri. Tidak aktif dalam organisasi, dan menikmati waktu dengan teman-teman yang jumlahnya bisa dihitung jari.

---to be continued---

1 comment:

  1. Sesungguhnya pribadimu yang lebih senang akan tujuan, mantap membuatmu lebih semangat menjalani kehidupan harian. Kegelisahan tiada ujung tanpa adanya tujuan membuatmu lebih tegar dalam menjalani kehidupan apabila diikuti dengan tindakan. Semangat kawan, yang kita tahu saat ini adalah hidup tidak bisa diulang, raihlah kesuksesan agar dirimu bisa mencapai kepuasan akan hidupmu kala senja redup memadam.

    ReplyDelete

Instagram